“MAKALAH TOTAL QUALITY MANAGEMENT”
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dewasa ini kita hidup dalam suatu zaman
yang mempunyai berbagai ciri yang disebut sebagai era industri, era teknologi,
era informasi atau era globalisasi. Zaman tersebut mengandung dimensi
perubahan, berdasarkan keadaan tersebut yang menjadi tantangan dewasa ini
bukanlah berbicara mengenai adanya perubahan, tetapi bagaimana membawa
perubahan secara baik. Dengan demikian pemimpin dan manajer organisasi dewasa
ini mau atau tidak mau harus menghadapi “Corporate olympics” yang semakin
kompleks. Hal ini disebabkan karena untuk kelangsungan hidup dan perkembangan
kehidupannya, organisasi harus memiliki daya saing yang harus dicapai melalui
peningkatan kualitas dan produktivitasnya.
Pada mulanya, para industrialis di Amerika Serikat kembali mempelajari apa
yang sudah dipelajari mitra tandingannya di Jepang, Jerman, dan Negara-negara
pemimpin lainnya. Pelajaran itu adalah bahwa yang merupakan kunci untuk
bersaing di pasar internasional adalah perbaikan mutu dan produktivitas secara
serempak dan berkesinambungan. Akan tetapi, semakin pangsa pasar menghilang,
pesan tersebut mulai tenggelam di Amerika Serikat. Kesadaran yang terlambat
membangkitkan gerakan mutu yang mulai diyakini. Kemajuannya berjalan perlahan
tetapi masih terus berjalan. Selalu ada dan masih saja ada banyak pengecam,
akan tetapi, suatu pendekatan untuk melakukan bisnis yang dikenal sebagai
pendekatan mutu total telah merebut dan mendapatkan penerimaan berskala luas.
Pendekatan ini berlangsung dengan
menggunakan banyak nama antara lain: Manajemen Mutu Total, Kepemimpinan Mutu
Total, Mutu Perusahaan Total. Terlepas dari nama yang digunakan ini, hal ini
merupakan pendekatan untuk melakukan bisnis yang memfokuskan semua sumber daya
sebuah organisasi pada perbaikan serempak dan terus menerus atas mutu dan
produktivitas. Tujuan dari pendekatan mutu total adalah untuk terus menerus
memperbaiki kemampuan bersaing organisasi secara terus menerus.
Dengan demikian, Total Quality
Management (TQM) adalah suatu pendekatan yang harusnya dilaksanakan oleh
organisasi masa kini untuk memperbaiki kualitas output-nya, menekan biaya
produksi dan meningkatkan produktivitasnya.
1.2 LANDASAN TEORI
Landasan Total Quality Management (TQM)
adalah statiscal process control (SPC) yang merupakan model manajemen
manufaktur yang pertama-tama diperkenalkan oleh Edwards Deming dan Joseph Juran
sesudah Perang Dunia II guna untuk membantu bangsa jepang membangun kembali
infrastruktur negaranya. Model yang dikembangkan pertama kali adalah
manajemen manufaktur, yang kemudian mengalami evolusi dan mengalami
diversifikasi untuk aplikasi di bidang manufaktur, industri jasa, kesehatan,
dan juga bidang pendidikan. Perkembangan TQM juga tidak terlepas dari
kontribusi bidang manajemen dan efektivitas organisasi dalam membangun TQM.
Kontribusi bidang tersebut merupakan satu dimensi tersendiri yang dapat disebut
akar TQM. Akar TQM itu banyak berasal dari pengkajian dan praktek manajemen
dimana yang signifikan adalah 10 bidang, yaitu:
1. Scientific Management.
Digunakan untuk mencari cara terbaik untuk melakukan pekerjaan melalui time and
motion study dan proses produksi secara ban berjalan. TQM memperluas konsep ke
dalam lingkup seluruh sistem.
2. Group Dynamics.
Kelompok-kelompok kerja dimaksudkan untuk mengembangkan teknik pemecahan
persoalan.
3. Pelatihan.
TQM menempatkan program pelatihan pada prioritas utama di tiap tingkat
organisasi. Pimpinan puncak belajar merumuskan visi, mendelegasikan wewenang,
dan melatih bawahan. Bawahan harus belajar memecahkan persoalan yang timbul
dalam pekerjaannya.
4. Achievement Motivation (Motivasi
Berprestasi). Karakteristik manusia adalah selalu mempunyai motivasi, potensi,
dan ka-pasitas untuk bertanggung jawab terhadap organisasi. Yang menjadi
persoalan adalah bagaimana peran manajemen untuk merealisasikan karakteristik
tersebut. Dalam TQM manajer harus percaya pada bawahannya guna melakukan
pekerjaan menuju kualitas.
5. Pelibatan
karyawan. TQM memberi peluang kepada para kar-yawan untuk ikut terlibat dalam
proses pemecahan masalah.
6. Sociotechnical Systems (Sistem
Sosioteknikal). Organisasi di-pandang sebagai sistem yang terbuka, organisasi
mengambil sumber daya dari lingkungannya, mengolahnya dan menyam-paikan
hasilnya kepada lingkungannya. TQM memperhatikan dimensi sistem organisasi
secara eksplisit. TQM memusatkan perhatian pada interface antara unsur-unsur
yang saling mempengaruhi.
7. Pengembangan
Organisasi (Organization Development). Hal ini merupakan turunan dari
group dynamics yang bertujuan melatih seluruh organisasi (tidak hanya satu
kelompok) agar lebih produktif. Organisasi akan lebih efektif belajar dari
peng-alaman dan melakukan perubahan apabila anggotanya dilibat-kan dalam proses
pengumpulan data dan proses pengambilan keputusan. TQM menambahkan dua unsur,
yaitu titik berat pada kualitas dan menuntut hasil yang dapat diukur.
8. Budaya
Perusahaan. Adalah pola nilai-nilai, keyakinan dan harapan yang tertanam dan
berkembang pada diri anggota organisasi mengenai pekerjaannya. TQM
mengembangkan konsep tersebut di mana budaya perusahaan terdiri dari dua
komponen dasar, yaitu keyakinan dan nilai-nilai (values)
9. Teori
Kepemimpinan Baru. Menurut teori baru, pemimpin dituntut untuk memetakan
pandangannya ke depan (vision), manajer dituntut untuk merealisasikan visi
tersebut. Memim-pin berarti menciptakan dinamika organisasi yang kondusif agar
para anggota mau dan komitmen terhadap tujuan organisasi. Melakukan manajemen
berarti menata, mengarahkan serta mengendalikan para anggota secara sistematis
agar tujuan organisasi tercapai. TQM mendasarkan pada teori kepemimpinan
tersebut di mana pimpinan harus mempunyai strategic vision yang baik.
10. Perencanaan
Strategis. Perencanaan strategis adalah suatu proses di mana pimpinan puncak organisasi
menggambarkan masa depan organisasi tersebut dan mengembangkan prosedur yang
diperlukan beserta pengoperasiannya. TQM ber-pendapat bahwa data yang penting
untuk perencanaan harus berasal dari yang dekat dengan konsumen dan data ini
sebagai pertimbangan perencanaan yang berorientasi pada pelanggan.
1.3 TUJUAN
1.3.1
Untuk mengetahui Total Quality
Management
1.3.2
Untuk mengetahui pengimplementasian
Total Quality Management
1.3.3
Untuk mengetahui manfaat dan tujuan
Total Quality Management
1.3.4
Untuk mengetahui Manajemen Strategik
pada Perencanaan dan Pelaksanaan
1.3.5
Untuk mengetahui standar sistem mutu
pada Total Quality Management
1.3.6
Untuk mengetahui kepemimpinan dan
manajemen dalam Total Quality Management.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Total Quality Management
Menurut Chase, Aquilano dan Jacobs
(2001) menyatakan bahwa TQM adalah kegiatan mengelola organisasi secara
keseluruhan sehingga semua dimensi produk dan jasa yang dipandang penting oleh
pelanggan menjadi unggul atau istimewa (managing the entire organization so
that it excels on all dimensions of products and services that are important to
the customer). Selain itu dalam aturan mengenai Japan Quality Medal disebutkan
bahwa TQM adalah satu set aktivitas yang tersusun secara sistematis dan
dilaksanakan oleh keseluruhan organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif
dan secara efisien agar organisasi mampu menyediakan produk dan jasa pada
tingkatan mutu yang dapat memuaskan para pelanggan pada waktu dan harga yang
sesuai.
TQM berkaitan dengan integrasi semua upaya
dalam organisasi terhadap kualitas perbaikan, Pengembangan kualitas dan
pemeliharaan kualitas untuk memenuhi kepuasan pelanggan. TQM meningkatkan
kualitas kerja dan kepuasan kerja melalui partisipasi dan keterlibatan dan
akibatnya citra organisasi Ini mengembangkan budaya partisipatif di mana setiap
karyawan dapat langsung berpartisipasi di daerah yang berkaitan dengan
pekerjaannya dan keputusan tentang pekerjaannya. Hal ini diselenggarakan
melalui lingkaran kualitas secara sukarela dan tim peningkatan mutu (Yusuf et
al., 2007).
Sesuai studi penelitian yang dilakukan
oleh (Talib et al., 2012), mereka menemukan bahwa ada beberapa definisi TQM
diberikan oleh penulis yang berbeda kualitas. Esensi dari definisi ini berbagi
banyak unsur yang sama. Pertama, mereka berbagi pelanggan adalah pusat
perhatian dan kekuatan pendorong di TQM filsafat. Kedua, mereka menganggap
komitmen manajemen sebagai komponen penting untuk keberhasilan TQM. Terakhir,
mereka mempertimbangkan perubahan budaya dan organisasi sebagai kondisi yang
diperlukan untuk keberhasilan TQM. Untuk meringkas, TQM adalah suatu filosofi
manajemen yang membantu organisasi untuk meningkatkan kinerja mereka secara
keseluruhan dan efektivitas dalam mencapai status mutu di tingkat global (Zhang
et al.,2000; Yusof dan Aspinwall, 2000, 2001; Arumugam et al., 2008).
Selanjutnya, (Dahlgaard et al., 1998)
berpendapat bahwa tidak ada resep standar untuk program TQM yang baik. Selama
dua dekade terakhir, kesadaran TQM telah jauh meningkat dan sekarang telah menjadi
lapangan mapan penelitian untuk akademisi (Yusof dan Aspinwall, 1999;. Arumugam
et al, 2008). Pekerjaan produktif telah dilakukan dan masih dilakukan pada
aspek yang berbeda dari TQM dalam sektor jasa.
Secara umum studi ini menunjukkan bahwa
TQM telah diterima secara luas sebagai pendekatan manajemen untuk meningkatkan
kinerja dan menduduki posisi sentral untuk layanan organisasi terlepas dari
sifat bisnis mereka berada. Selanjutnya, TQM adalah kompilasi dari berbagai
proses, sistem, orang berkomitmen, komunikasi yang transparan dan budaya bagi
pelanggan kepuasan. TQM adalah variabel tak terhingga dan mudah beradaptasi.
Berbagai praktik TQM telah terbukti
seperti komitmen top manajemen; fokus pelanggan; pelatihan dan pendidikan;
perbaikan dan inovasi yang berkelanjutan; manajemen pemasok; keterlibatan
karyawan; dorongan karyawan; benchmarking; dan informasi kualitas dan kinerja
sedangkan output ditunjukkan dalam hal peningkatan produktivitas dan kualitas,
tepat waktu pengiriman, kepuasan pelanggan, kualitas layanan, dan meningkatkan
hubungan dan loyalitas pelanggan. Tindakan manajemen dalam perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi sangat diperlukan sesuai dengan model ini.
Filosofi TQM membuat masing-masing
karyawan bertanggung jawab untuk mengontrol kualitas dan menghentikan
produksinya ketika terjadi masalah dalam pabrik (Monden, 1989), karyawan juga
didorong untuk mengidentifikasikan berbagai cara untuk memperbaiki kualitas
produk dan proses (Cole, 1983; Siegel 1997). Maka penting bagi para manajer untuk
memberikan wewenang kepada karyawannya untuk ikut aktif dalam mengambil inisiatif dengan harapan
keterlibatan karyawan dapat meningkatkan proses produksi (Ichiniowski 1997;
Sarkar, 1997). Dengan kata lain pemanufakturan TQM lebih menekankan pada
keterlibatan karyawan (Zipkin,1991). Karyawan belajar melalui pekerjaan yang
membangkitkan kemauan yang tinggi untuk memahami masalah dan untuk mencari menyelesaiannya (Aoki, 1986), sehingga
pelaporan informasi produktivitas dan kualitas kepada personalia lini akan
memberikan umpan balik yang diperlukan untuk perbaikan dan pembelajaran
produksi (Banker’s, 1993).
TQM bukan merupakan program atau sistem
, tapi merupakan budaya yang harus dibangun, dipertahankan dan ditingkatkan
oleh seluruh anggota organisasi /perusahaaan tersebut berorientasi pada mutu
dan menjadikan mutu sebagai The way of Life (Dorothea W.A,1999 ). Elemen-elemen
kritis dalam penerapan TQM adalah : kepemimpinan dan komitmen, keterlibatan
penuh seluruh karyawan, perencanaan yang baik, strategi pelaksanaan, pengukuran
& evaluasi, pengendalian & perbaikan dan mencapai, mempertahankan
standar kesempurnaan. Filosofi TQM memenang dapat di terapkan untuk semua
bidang, asal ada dukungan dari semua pihak dalam organisasi, dengan konsep
kuncinya adalah kepemimpinan (Leadership), perubahan budaya (Culture change)
dan pemberdayaaan karyawan (Employee empowerment), dan keterlibatan karyawan
dalam bentuk kerja tim yang dikenal Gugus Kendali Mutu (QCC).
2.2 Implementasi Total Quality
Management
Implementasi
TQM dapat meningkatkan produktivitas organisasi (kinerja kuantitatif),
meningkatkan kualitas (menurunkan kesalahan dan tingkat kerusakan),
meningkatkan efektivitas pada semua kegiatan; meningkatkan efisiensi
(menurunkan sumberdaya melalui peningkatan produktivitas), dan mengerjakan
segala sesuatu yang benar dengan cara yang tepat. Lebih lanjut, implementasi
TQM dalam suatu organisasi dapat memberikan beberapa manfaat utama yang
akhirnya dapat meningkatkan daya saing organisasi. Melalui perbaikan kualitas
berkesinambungan maka perusahaan dapat meningkatkan labanya melalui dua rute
(Pall dalam Tunggal, 1993: 6), yaitu rute pasar dan rute biaya.
Untuk menjamin keberhasilan dalam
mengimplementasikan TQM, sebenarnya terdapat langkah-langkah yang harus
dilakukan secara berurutan dan secara disiplin. Langkah-langkah tersebut adalah
sebagai berikut:
A. Tanamkan
satu falsafah kualitas. Dalam hal ini manajemen dan karyawan harus sepenuhnya
mengerti dan yakin mengapa organisasi akan mencapai total quality, yaitu untuk
menjamin kelangsungan hidup organisasi dalam iklim kompetitif.
B. Manajemen
harus membimbing dan menunjukkan kepemimpinan yang bermutu. Manajemen puncak,
terutama CEO, harus memberikan contoh dalam pola sikap, pola piker dan pola
tindak yang mencerminkan falsafah mutu
yang di tanamkan.
C. Kalau
perlu, adakan perubahan atau modifikasi terhadap system yang ada, agar kondusif
dengan tujuan total quality.
D. Dididik,
latih dan berdayakan (empower) seluruh karyawan.
Dengan melaksanakan keempat langkah
tersebut secara berurutan maka akan dapat diciptakan iklim yang kondusif bagi
perwujudan total quality yaitu: tata laku anggota organisasi akan berubah,
dikalangan para karyawan akan terbentuk sikap total quality, didalam organisasi
dapat diciptakan budaya total quality.
2.3 Manfaat TQM dan Tujuan TQM
Salah
satu cara terbaik dalam persaingan global adalah dengan menghasilkan suatu
produk barang/jasa dengan kualitas terbaik. Kualitas terbaik akan diperoleh
dengan melakukan upaya perbaikan secara terus-menerus terhadap kemampuan
manusia, proses, lingkungan. Penerapan TQM adalah hal yang sangat tepat agar
dapat memperbaiki kemampuan unsur-unsur tersebut secara berkesinambungan.
Penerapan TQM dapat memberikan beberapa manfaat utama, sebagai berikut.
Dengan perbaikan
kualitas berkesinambungan, perusahaan akan dapat memperbaiki posisi persaingan.
Dengan posisi yang lebih baik akan meningkatkan pangsa pasar dan men-jamin
harga yang lebih tinggi. Hal ini akan memberikan penghasilan lebih tinggi dan
secara otomatis laba yang diperoleh semakin meningkat. Upaya perbaikan kualitas
akan menghasilkan peningkatan ke-luaran (output) yang bebas dari kerusakan atau
mengurangi produk yang cacat. Berkurangnya produk yang cacat berarti berkurang
pula biaya operasi yang dikeluarkan perusahaan sehingga akan diperoleh laba
yang semakin besar.
Tujuan Total Quality
Management adalah sebagai berikut:
A. TQM
bertujuan untuk memperbaiki kemampuan bersaing organisasi secara terus menerus.
B. TQM
tidak hanya bertujuan untuk memuaskan kebutuhan sekarang dari pelanggan, juga
mengantisipasi kebutuhan pelanggan dimasa yang akan datang melalui perbaikan
mutu yang dilakukan secara berkelanjutan.
C. TQM
menetapkan peningkatan kualitas sebagai prioritas dominan dan salah satu yang
sangat penting untuk efektivitas jangka panjang dan kelangsungan hidup. Ini
klaim bahwa meningkatkan kualitas dapat menurunkan daripada meningkatkan biaya
dan memfasilitasi pencapaian tuntutan dan tujuan lainnya.
D. Tujuan
lainnya adalah memperbaiki kualitas output-nya, menekan biaya produksi dan
meningkatkan produktivitasnya
2.4 Manajemen Strategik: Perencanaan
dan Pelaksanaan
Manajemen strategik adalah manajemen
yang mendasarkan semua tindakan, kegiatan, dan keputusan pada apa yang paling
mungkin dalam suatu kerangka etik guna memastikan kinerja yang berhasil di
pasar. Dari perspektif manajemen strategic, Sumber Daya terbuang jika sumber
daya tersebut tidak menyambung kepada
keberhasilan dipasar dan semakin langsung menghasilkan sumbangan justru malah
semakin baik.
Perencanaan Strategik
Perencanaa strategic adalah proses yang
ditempuh oleh sebuah organisasi untuk menjawab pertanyaan seperti: siapakah
kita? Kemana tujuan kita? Bagaimana kita bisa sampai kesana? Apa yang ingin
kita capai? Apa kekuatan dan kelemahan kita? Apa yang merupakan peluang dan
ancaman dalam lingkungan bisnis kita? Perencanaan strategic mencakup
pengembangan rencana tertulis yang mengikuti komponen-komponen berikut: sebuah
visi organisasi, misi organisasi, prinsip paduan, sasaran strategic yang luas
dan taktik-taktik, proyrk, atau kegiatan spesifik untuk mencapai tujuan-tujuan
yang luas.
Langkah-langkah dalam proses perencanaan
strategic hendaknya diselesaikan secara teratur, karena setiap langkah suksesif
bertumpu diatas langkah sebelumnya. Analisis SWOT memberikan satu kerangka
pengetahuan yang dibutuhkan untuk melakukan perencanaan strategic. Misi keluar dari visi dan mendukung visi.
Prinsip-prinsip paduan yang menggambarkan system nilai organisasi memandu perilaku
organisasi, ketika organisasi tersebut mengejar misinya. Tujuan yang luas
muncul dari misi dan menerjemahkannya ke dalam istilah-istilah yang dapat
diukur. Strategi spesifik di ikat langsung pada sasaran luas.
Pelaksanaan Strategik
Pelaksanaan strategic mencakup
implementasi strategi yang sudah ditetapkan dalam perencanaan strategic,
pemantauan kemajuan kearah pencapaiannya, dan penyesuaian bila perlu.
Pelaksanaan strategi merupakan implementasi yang mencapai efisiensi dan
efektivitas maksimum.
Pemantauan mencakup pemeriksaan secara
konstan atas kinerja actual terhadap tolak ukur kinerja. Pemantauan strategic
menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti: Apakah kita mencapai tujuan kita? Ini
adalah pertanyaan mengenai efektivitas. Apakah kita melakukan sebaik seperti
yang kita butuhkan? Ini adalah pertanyaan mengenai efisiensi. Penyesuaian bila
perlu termasuk membuat koreksi bila strategi atau taktik spesifik yang diambil
ini tidak membawa hasil yang di inginkan. Penyesuaian-penyesuaian tersebut
dapat mencakup suatu puntiran ringan atas strategi, menemukan cara untuk
mengatasi hambatan yang tidak diperkirakan yang ditemui, atau bahkan mengambil
satu perangkat strategi tertentu yang sama sekali baru.
2.5 International Organization for
Standardization (ISO)
Salah satu kunci untuk mampu bersaing
dalam pasar global adalah kemampuan untuk mencapai atau melebihi standar yang
dapat dipakai. Para professional mutu menggunakan istilah standar untuk
menyatakan berbagai macam makna, seperti metric (ukuran), spesifikasi, ukuran,
statement, kategori, segmen, perilaku, atau pengelompokan. Hingga kini usaha
paling berhasil untuk mengembangkan standar mutuyang seragam secara
internasional adalah ISO 9000.
Menurut Kimberley K. Hockman, ISO 9000
merupakan satu perangkat standar system mutu universal memberikan satu kerangka
kerja seragam untuk jaminan mutu yang dapat digunakan di seluruh dunia.
Akibatnya ISO 9000 telah menyusun menjadi satu system tunggal prinsip-prinsip
hakiki yang berlaku umum pada berbagai manajemen mutu dan standar terjamin.
ISO 9000 dapat membantu usaha perusahaan
dalam memuaskan pelanggannya, memenuhi persyaratan regulasi dan mencapai
peningkatan mutu yang berkesinambungan. Tetapi sebagai langkah pertama, tingkat
dasar suatu system bukanlah suatu jaminan yang lengkap dari mutu.
Fakta-fakta mengenai ISO 9000: mula-mula diterbitkan
dalam 1987 oleh organisasi internasional untuk standarisasi (ISO). Iso ini
telah mengalami beberapa kali revisi dan revisi utama terjadi dalam tahun 2000.
Sehubungan dengan hal tersebut, kita kenal ISO-9000 seri 1987, ISO-9000 seri
1994, dan ISO-9000 seri 2000. ISO 9000:2000 sekarang meliputi ISO-9000:2000
(tentang definisi), ISO 9001:2000 (persyaratan) dan ISO 9004:2000 (perbaikan
mutu berkelanjutan). ISO 9000:2000 merupakan rangkaian standar mutu yang
didasarkan pada delapan asas manajemen mutu yang dapat diterapkan manajemen
senior untuk melakukan peningkatan mutu organisasinya, yaitu:
a. Focus
pada pelanggan.
b. Kepemimpinan
c. Pelibatan
karyawan
d. Pendekatan
proses
e. Manajemen
berbasis pendekatan system
f. Peningkatan
mutu berkesinambungan.
g. Pendekatan
berdasar fakta atas pengambilan keputusan.
h. Hubungan
dengan penyalur yang saling menguntungkan.
Standar ISO berperan untuk melakukan
pengembangan kegiatan pabrikasi dan menyediakan produk dan jasa yang lebih
efisien, lebih aman, dan lebih bersih. Standar ISO membuat perdagangan
antarnegara-negara lebih mudah dan lebih adil. Standar ISO juga member layanan
untuk melindungi konsumen dan para pemakai produk dan jasa pada umumnya, juga
untuk membuat hidup mereka menjadi lebih mudah.
Manfaat dari
Sertifikasi ISO 9000
Sertifikat ISO 9000 memperluas akses
lebih jauh ke pasar asing dan kompatibilitas dengan pemasok-pemasok asing.
Akses dan kemampuan pasar itu cukup bermanfaat dari dirinya sendiri untuk mendapatkan
sertifikasi ISO 9000, namun ada manfaat tambahan. Proses yang dilalui
perusahaan untuk mencapai sertifikasi cenderung meningkatkan mutu dan
keseragaman kerja, sambil meningkatkan produktivitas secara serempak.
Menurut Hockman, duPon Corporation mendapatkan
manfaat yang berhubungan dengan produktivitas dan mutu berikut dari sertifikasi
ISO 9000.
A. Penyerahan
tepat waktu pada suatu pabrik meningkat 70% menjadi 90%
B. Daur
waktu pada suatu pabrik merosot dari 15 hari menjadi 1,5 hari.
C. Jumlah
kesalahan di satu gudang berkurang sampai 95%
D. Jumlah
prosedur tes yang perlu di satu tempat merosot dari 3.000 menjadi 1.100
2.6 Kepemimpinan dan Manajemen dalam
Total Quality Management
Dalam Total Quality Management (TQM),
kepemimpinan dan manajemen lebih ditekankan merupakan dua konsep yang hanya
dapat dibedakan, tetapi tidak dapat
dipisahkan. Pemimpin dituntut untuk memiliki pandangan strategic yang
jauh kedepan dan kekuatan tekad yang besar. Sedangkan manajer dituntut untuk memiliki
pengetahuan instrinsik atau pengetahuan dalam bidang tugasnya yang baik serta
pertimbangan professional yang dalam.
Dari batasan tersebut, maka pemimpin
dituntut untuk memetakan pandangannya, sedangkan manajer dituntut untuk
merealisasikan pandangan tersebut. Jadi dalam mengimplementasikan TQM dalam era
informasi ini, kepemimpinan dan manajemen lebih banyak dituntut untuk bersifat
saling melengkapi (komplementer) dan harus dapat mewujudkan asset berharga,
yaitu wawasan mental yang luas dan imajinasi yang kreatif.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
TQM bukan merupakan program atau sistem,
tapi merupakan budaya yang harus dibangun, dipertahankan dan ditingkatkan oleh
seluruh anggota organisasi /perusahaaan tersebut berorientasi pada mutu dan
menjadikan mutu sebagai The way of Life (Dorothea W.A,1999). Melaksanakan Total
Quality Management dalam organisasi berarti mengadakan perubahan mendasar dalam
organisasi, yang meliputi berubahan cultural dan perubahan substansif dalam
manajemen.
Dengan perbaikan kualitas
berkesinambungan, perusahaan akan dapat memperbaiki posisi persaingan. Dengan
posisi yang lebih baik akan meningkatkan pangsa pasar dan menjamin harga yang
lebih tinggi. Hal ini akan memberikan penghasilan lebih tinggi dan secara
otomatis laba yang diperoleh semakin meningkat. Upaya perbaikan kualitas akan
menghasilkan peningkatan keluaran (output) yang bebas dari kerusakan atau
mengurangi produk yang cacat. Berkurangnya produk yang cacat berarti berkurang
pula biaya operasi yang dikeluarkan perusahaan sehingga akan diperoleh laba
yang semakin besar.
Management strategik merupakan manajemen
yang mendasarkan semua tindakan, aktivitas, dan keputusan pada apa yang paling
mungkin untuk menjamin kinerja yang berhasil di pasar. Dua komponen utama dari
manajemen strategik adalah perencanaan startegik dan pelaksanaan strategik.
Rencana strategic paling tidak ada gunanya
kalau tidak dilaksanakan secara efektif. Untuk mempromosikan pelaksanaan
strategik yang berhasil, orientasi hendaknya melakukan kegiatan-kegiatan
seperti:mengkomunikasikan, membangun kemampuan, menetapkan rangsangan yang
mendukung strategi, hilangkan hambatan administrative, dll.
Salah satu kunci untuk mampu bersaing
dalam pasar global adalah kemampuan untuk mencapai atau melebihi standar yang
dapat dipakai. Para professional mutu menggunakan istilah standar untuk
menyatakan berbagai macam makna, seperti metric (ukuran), spesifikasi, ukuran,
statement, kategori, segmen, perilaku, atau pengelompokan. Hingga kini usaha
paling berhasil untuk mengembangkan standar mutuyang seragam secara
internasional adalah ISO 9000.
3.2.
Kelebihan
Manajemen mutu penting diterapkan di era
persaingan yang ketat seperti sekarang ini karena mutu adalah salah satu faktor
daya saing di pasar global. Konsumen tidak selalu mencari produk atau jasa yang
berharga murah, tetapi cenderung mencari yang bermutu baik dengan harga yang
bersaing. Upaya perbaikan kualitas akan menghasilkan peningkatan keluaran
(output) yang bebas dari kerusakan atau mengurangi produk yang cacat.
Berkurangnya produk yang cacat berarti berkurang pula biaya operasi yang
dikeluarkan perusahaan sehingga akan diperoleh laba yang semakin besar.
3.3 Kelemahan
Banyak perusahaan yang membuat kualitas
lebih kabur atau tidak jelas dengan menetapkan tujuan yang tampak positif tanpa
memilki cara untuk memonitor kemajuan pencapaian tujuan tersebut. kemudian TQM
merupakan aktivitas yang bersifat hanya di dalam departemen-departemen di
banyak perusahaan. Masing-masing departemen mempunyai kebijakannya secara
sendiri-sendiri, sehingga tidak mencakup keseluruhan organisasi. Selanjutnya
masalah kualitas merupakan suatu departemen yang ada dengan tanggung jawab
khusus untuk pengendalian kualitas, di mana disiplin tersebut cenderung lebih
berfokus kepada proses stabilisasi daripada memperbaiki proses. Ide keseluruhan
dari filosofi kualitas juga membuat konsep secara keseluruhan tampak misterius
bagi kebanyakan orang. Pendekatan-pendekatan baru seperti ISO 9000 atau
reengineering tidak terintegrasi ke dalam usaha kualitas yang ada.
3.4 Saran
Berdasarkan landasan teorinya, jadi
dalam meninjau sejarah perkembangan TQM haruslah dilihat dari dua dimensi,
yaitu landasan dan akarnya, agar kita dapat menghayati tingkat perkembangan TQM
pada suatu waktu.
Para pengambil keputusan kiranya dapat
mempertimbangkan untuk menerapkannya dalam proses perencanaan yang
dikerjakannya karena TQM menawarkan suatu pendekatan yang dapat memaksimumkan
daya saing organisasi melalui perbaikan secara terus menerus atas produk jasa
dan proses termasuk diantaranya adalah proses perencanaan strategis sistem informasi
/ teknologi Informsi.
Terakhir, supaya bisa bersaing dalam
pasar global, organisasi harus mampu memenuhi standar internasional. Paling
penting adalah ISO 9000.
DAFTAR PUSTAKA
Goetsch,
David L. and Davis, Santley B. 1997. Manajemen Mutu Total. Penerbit PT. Prenhallindo dan Pearson Education Asia
Pte.Ltd. Jakarta.
Haming,
Murdifin. dan Nurnajamuddin, Mahfud. 2007. Manajemen Produksi Modern Operasi Manufaktur dan Jasa.
Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
Hardjosoedarmo,
Soewarso. 1996. Total Quality Managgement. Penerbit Andi Yogyakarta, Yogyakarta.
Menon,
Ajay, B.J. Jaworski dan A.K. Kholi. 1997. Product Quality: Impact Of Interdepartemental Interaction. Journal
of Academy of
Marketing Science,
Vol. 25, No. 3, p. 187-200
Spencer, Barbara A.
1994. Models Of Organization and Total Quality Management: A Comparison and Critical Evaluation.
Journal Of Academy Management Review Mississippi State University, Vol. 19. No. 3. 446-471.
Tenner, A.R., and Irving J. Toro. 1992. Total Quality Management,
Addison-Wesley. Reading,
Massachusetts.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar