SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN / MCS
Sistem
Penunjang Keputusan (DSS)
Definisi
:
Sistem Komputer yang interaktif yang
membantu pembuatan keputusan dalam menggunakan dan memanfaatkan data dan model
untuk memecahkan masalah yang tidak terstruktur.
Tujuan
1.
Memberikan dukungan untuk pembuatan
keputusan pada masalah yang semi/tidak terstruktur.
2.
Memberikan dukungan pembuatan
keputusan kepada manajer pada semua tingkat dengan membantu integrasi antar
tingkat.
3.
Meningkatkan efektifitas manajer
dalam pembuatan keputusan dan bukan peningkatan efisiennya.
4.
Adaptability
5.
Flexibility
6.
User friendly3
7.
Support Intelligence, design, choice
8.
Effectiveness
Karakteristik
SPK
Tiga
Tingkat Teknologi SPK
1.
Spesific DSS
Merupakan hardware/software yang
memungkinkan seseorang/ sekelompok orang pengambil keputusan melakukan analitis
terhadap suatu masalah tertentu.
2.
DSS Generator
Suatu paket hardware/software yang
mampu secara cepat dan mudah membuat specific DSS
3.
DSS Tools
Hardware /software yang membantu
pembuatan specific DSS/Generator DSS
Manfaat
SPK
§ Meningkatkan jumlah alternatif yang dipilih
§ Pemahaman yang lebih baik tentang bisnis
§ Respon yang cepat terhadap situasi yang tidak diharapkan.
§ Kontrol yang lebih baik
SPK
1.
Mengkhususkan pada pengambilan dari
pada manajer tingkat atas.
2.
Menekankan pada fleksibilitas,
adaptibilitas dan mampu memberi respon dengan cepat.
3.
User memiliki kontrol penuh dalam
berinteraksAN.
DEFINISI ERP
ERP adalah sebuah sistem informasi
perusahaan yang dirancang untuk mengkoordinasikan semua sumber daya, informasi
dan aktifitas yang diperlukan untuk proses bisnis lengkap. Sistem ERP
didasarkan pada database pada umumnya dan rancangan perangkat lunak modular.
ERP merupakan software yang
mengintegrasikan semua departemen dan fungsi suatu perusahaan ke dalam satu
sistem komputer yang dapat melayani semua kebutuhan perusahaan, baik dari
departemen penjualan, HRD, produksi atau keuangan.
TUJUAN ERP :
Sistem ERP dibuat untuk memproses
suatu transaksi di organisasi dan gabungan fasilitas dan planning real-time,
production, and customer response. Di tarik garis, ERP dikembangkan dengan
latar belakang pemikiran tentang perlunya aktivitas integritas proses dalam
perusahaan, agar lebih responsif dalam menanggapi kebutuhan customer. Meski
banyak analis dan vendor perangkat lunak mendefinisikan berbeda-beda, namun
maknanya relatif sama. Ada yang menyebutnya ERP, karena merupakan evolusi dari
MRP – Material Requirement Planning menjadi MRP II – Manufacturing Resource
Planning, yang kemudian menjadi ERP – Enterprise Resource Planning. Ada juga
yang menyebut ERM – Enterprise Resource Management, sekedar mendekatkan makna
dan akronimnya. Suatu sistem yang mengelola seluruh sumber daya perusahaan. ERM
ini yang kemudian mendorong munculnya jargon baru TI, seperti CRM (Customer
Relationship Management), SCM (Supply Chain Management), PLM (Product Lifecycle
Management) dan SRM (Supplier Relationship Management). Jargon-jargon baru itu,
pada intinya, adalah pemanfaatan lebih lanjut suatu sistem yang fokus utamanya
adalah customer untuk CRM, rantai pergerakan barang untuk SCM, daur hidup
produk untuk PLM serta supplier untuk SRM. Posisi ERM ada di tengah-tengah dan
dikelilingi oleh CRM, SCM, PLM dan SRM. ERP akan berkembang terus sesuai dengan
tuntutan konsumen. Yang jelas perkembangan ERP pada masa depan ini akan
dititik-beratkan pada beberapa hal, yaitu lebih mendukung customer service,
lebih mendukung vertical industri spesifik (vertical industry), dan juga lebih
mendukung proses pengambilan keputusan.
ARSITEKTUR
ERP :
Sistem ERP yang ada pada saat ini
kebanyakan menggunakan sistem arsitektur 3-tier atau lebih. Arsitektur 3-tier
secara umum digambarkan sebagai berikut:
Komponen-kompenen arsitektur 3-tier
tersebut adalah:
§ Presentation Layer
Presentation layer merupakan sarana
bagi pengguna untuk menggunakan sistem ERP. Presentantaion layer dapat berupa
sebuah aplikasi (sistem berbasis desktop) atau sebuah web browser (sistem
berbasis web) yang memiliki graphical user interface (GUI). Pengguna dapat
menggunakan fungsi-fungsi sistem dari sini, seperti menambah dan menampilkan
data.
§ Application layer
Lapisan ini berupa server yang
memberikan layanan kepada pengguna. Server merupakan pusat business rule,
logika fungsi, yang bertanggung jawab menerima, mengirim dan mengolah data dari
dan ke server database.
§ Database layer
Berisi server database yang
menyimpan semua data dari sistem ERP. Database layer bertanggung jawab terhadap
manajemen transaksi data.
MODUL
ERP :
Secara modular, software ERP
biasanya terbagi atas modul utama yakni Operasi serta modul pendukung yakni
Finansial dan Akunting serta Sumber Daya Manusia:
1.
Modul Operasi.
Fungsinya: General Logistics, Sales and Distribution, Materials
Management, Logistics Execution, Quality Management, Plant Maintenance,
Customer Service, Production Planning and Control, Project System, Environment
Management.
2.
Modul Financial Akuntansi.
Fungsinya: General Accounting, Financial Accounting, Controlling,
Investment Management, Treasury, Enterprise Controlling
3.
Modul Sumber Daya Manusia.
Fungsinya: Personnel Management, Personnel Time Management, Payroll,
Training and Event Management, Organizational Management, Travel Management.
PENERAPAN ENTERPRISE RESOURCE PLANNING (ERP) PADA
PT ASTRA HONDA MOTOR (AHM)
A. Pendahuluan
Penerapan Teknologi Informasi (TI)
dalam perusahaan dewasa ini merupakan hal yang mutlak ada apabila tidak ingin
tertinggal dari para kompetitor dan tertinggal kemajuan jaman. Investasi TI
dalam perusahaan akan bermanfaat jika dapat menciptakan value dari teknologi
yang kian menjadi komoditas utama. Melalui sistem TI yang canggih, para
pemimpin pasar bisa mengukuhkan diri sebagai pemimpin di industri
masing-masing. Bahkan banyak perusahaan yang dapat menyalip para jawara
pasar, dikarenakan penerapan TI yang tepat dalam perusahaannya. Banyak
perusahaan telah merasakan manfaat TI. Sebagian yang lain menyatakan TI
mendukung dicapainya efisiensi, dan menambah keunggulan daya saing perusahaan.
Bahkan berbagai studi melaporkan bahwa penggunaan TI mendorong terjadinya
efisiensi, dan memperbaiki kualitas output.
PT Astra Honda Motor (AHM) sebagai
perusahaan perakitan motor terkemuka di Indonesia juga mengedepankan penerapan
TI dalam proses bisnisnya. Penerapan teknologi informasi (TI) pada AHM bukan
merupakan hal yang baru, karena perusahaan ini sudah mengimplementasikannya di pabrik
motornya sejak tahun1980. Pada awalnya TI pada AHM hanya dimanfaatkan untuk
mendukung sistem akuntansi saja. Namun pada tahun 1986, teknologi informasi
merambah ke sistem keuangan dan kontrol produksi. Sistem tersebut dibuat secara
swadaya oleh PT AHM sendiri, sehingga yang terjadi adalah TI yang diaplikasikan
menjadi terpisah satu sama lainnya atau tidak terintegerasi. Pada tahun 1995,
sistem perusahaan diubah menjadi mulai terintegrasi dengan penggunaan ERP dan
untuk selanjutnya semakin berkembang dari tahun ke tahun. Tujuan dari PT AHM
menerapkan TI di perusahaannya adalah untuk menerapkan sistem Just In
Time (JIT), sehingga dapat tercipta efisiensi dalam perusahaan.
1.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas dapat
diangkat perumusan masalah yaitu: Bagaimana implementasi Enterprise
Resource Planning (ERP) dalam mendukung sistem Just In Time (JIT)
pada PT Astra Honda Motor (AHM) agar berjalan baik?
1.
Landasan Teori
2.
Enterprise
Resource Planning (ERP)
Enterprise
Resource Planning (ERP) merupakan sistem
informasi yang diperuntukkan bagi perusahan manufaktur maupun jasa yang
berfungsi untuk mengintegrasikan dan mengotomasikan proses bisnis yang
berhubungan dengan aspek operasi, produksi maupun distribusi di perusahaan
bersangkutan. Sistem informasi yang diperuntukkan bagi perusahan manufaktur
maupun jasa yang berperan mengintegrasikan dan mengotomasikan proses bisnis
yang berhubungan dengan aspek operasi, produksi maupun distribusi di suatu perusahaan.
ERP berkembang dari Manufacturing Resource Planning (MRP II) dimana MRP II
sendiri adalah hasil evolusi dari Material Requirement Planning (MRP) yang
berkembang sebelumnya. Sistem ERP adalah sebuah terminologi yang secara de
facto merupakan aplikasi yang dapat mendukung transaksi atau operasi
sehari-hari yang berhubungan dengan pengelolaan sumber daya sebuah perusahaan,
seperti dana, manusia, mesin, suku cadang, waktu, material dan kapasitas.
Tujuan sistem ERP adalah untuk
mengkoordinasikan bisnis organisasi secara keseluruhan Adapun manfaat dari
penggunaan ERP bagi perusahaan yaitu:
-
Otomatisasi dan integrasi proses bisnis
-
Membagi database yang umum dan praktek bisnis melalui enterprise
-
Menghasilkan informasi yang real-time
-
Memungkinkan perpaduan proses transaksi dan kegiatan perencanaan
Dengan banyaknya manfaat yang di
dapatkan melalui penggunaan ERP, perusahaan dewasa ini berbondong-bondong untuk
ikut menerapkan ERP pada perusahaannya.
1.
Just In Time (JIT)
Sistem produksi tepat waktu (Just
In Time) adalah sistem produksi atau sistem manajemen pabrikasi modern yang
dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan Jepang yang pada prinsipnya hanya
memproduksi jenis-jenis barang yang diminta sejumlah yang diperlukan dan pada saat
dibutuhkan oleh konsumen.
Konsep Just In Time adalah
suatu konsep di mana bahan baku yang digunakan untuk aktivitas produksi
didatangkan dari pemasok atau suplier tepat pada waktu bahan itu dibutuhkan
oleh proses produksi, sehingga akan sangat menghemat bahkan meniadakan biaya
persediaan barang atau penyimpanan barang (stocking cost). Just In Time adalah
suatu keseluruhan filosofi operasi manajemen dimana segenap sumber daya,
termasuk bahan baku dan suku cadang, personalia, dan fasilitas dipakai sebatas
dibutuhkan. Tujuannya adalah untuk mengangkat produktifitas dan mengurangi
pemborosan. Just In Time didasarkan pada konsep arus produksi
yang berkelanjutan dan mensyaratkan setiap bagian proses produksi bekerja sama
dengan komponen-komponen lainnya. Tenaga kerja langsung dalam lingkungan Just
In Time dipertangguh dengan perluasan tanggung jawab yang
berkontribusi pada pemangkasan pemborosan biaya tenaga kerja, ruang dan waktu
produksi.
1.
Implementasi
Melalui sistem terintegrasi yang
digunakan, dalam hal ini menggunakan ERP, pada setiap periode AHM akan
memperoleh informasi dari divisi Keuangan, Operasi dan Human Resource mengenai
aktivitasnya masing-masing. Sebagai contoh, divisi operasi menyajikan informasi
mengenai produksi jumlah motor yang akan dijual untuk satu bulan kedepan.
Dengan demikian, bagian produksi dapat merencanakan tipe apa saja yang akan
diproduksi dan juga jumlah komponen yang dibutuhkan. Selanjutnya, informasi
tersebut disampaikan kepada perusahaan pemasok komponen mengenai kebutuhan
tersebut. Selanjutnya pada divisi keuangan menyajikan anggaran biaya yang
dibutuhkan. Sedangkan untuk divisi HR menyiapkan kebutuhan tenaga kerja. Semua
informasi tersebut diintegrasikan dalam satu database, sehingga setiap divisi
dapat menghasilkan informasi yang real time.
Sistem akan langsung menghitung
jumlah suku cadang komponen yang telah digunakan. Secara otomatis, persediaan
suku cadang komponen langsung dihitung. Untuk selanjutnya, sistem akan memberitahu
kebutuhan persediaan baru untuk pemesanan. Aplikasi ERP tersebut mendukung
sistem Just in Time (JIT) yang diterapkan oleh perusahaan.
Melalui ERP informasi kebutuhan persediaan baru untuk pemesanan dalam JIT akan
bergulir cepat, sebab sistem menghadirkan otomatisasi dan integrasi pada sistem
bisnis yang akan diolah melalui software secara online.
Hubungan AHM dengan vendor dilakukan
melalui online sehingga setiap kali pemesanan dilakukan vendor langsung dapat
mengirimkan komponen yang dibutuhkan pabrik. Secara otomatis, persediaan suku
cadang komponen langsung dihitung. Berikutnya, sistem akan memberitahu
kebutuhan persediaan baru untuk pemesanan, sehingga penggunakan aplikasi ERP
mendukung sistemJust in Time (JIT). Selain itu, kelengkapan atribut
pemesanan seperti nama vendor, nama suku cadang, jumlah, dan jam deliveryharus
tercantum pada komponen yang diterima dengan dilengkapiBar Code Text (BCT).
Keuntungan yang didapat dari
penerapan Just In Time (JIT) melalui pengunaan ERP dalam
perusahaan adalah terjadinya efisiensi yang sangat besar. Waktu yang dibutuhkan
untuk memproduksi motor akan menjadi sangat cepat. Keuntungan lainnya yang di
dapat oleh PT AHM adalah dapat menyatukan jaringan komunikasi antar pabrik,sehingga
hubungan antar pabrik menjadi mudah.
Penggunaan TI agar dapat digunakan
secara maksimal pada perusahaan juga harus didukung pula oleh skill karyawan.
Karyawan AHM dapat dikatakan memguasai dari implementasi aneka solusi TI di
lingkungannya. Hal ini dikarenakan TI sudah lama diperkenalkan pada mereka
sehingga komputerisasi bukan merupakan hal yang baru
1.
Kesimpulan
Keberhasilan dalam penggunaan ERP
untuk mencapai tujuan, tergantung pada penerapan dan kebutuhan perusahaan.
Perusahaan tidak dapat hanya ikut-ikutan tren dalam menerapkan ERP, tetapi
tidak mengetahui apa yang menjadi kebutuhan perusahaan. Sistem ERP yang
mengintegrasikan proses bisnis dalam satu database membuat arus informasi dari
perusahaan ke vendor dapat bergulir cepat. Ketika pemesanan dilakukan, hal
tersebut sudah melibatkan kesiapan dari tenaga kerja dan angaran biaya yang
dibutuhkan, sehingga ketika komponan tiba, maka proses produksi dapat langsung
dikerjakan seketika itu juga. Hal tersebut sangat mendukung pada konsep JIT
dimana inventori dapat diminimalisir dengan proses produksi yang berjalan cepat
tersebut.
1.
Saran
ERP adalah alat yang membantu
perusahaan untuk menjadi lebih baik, berkesinambungan dan terciptanya kerjasama
yang baik antara People, Process dan System dimana hal tersebut sangat penting
menjamin keberhasilan implementasi dan penggunaan ERP. Dalam penggunaan ERP
seharusnya berprinsip tepat guna, yakni TI yang digunakan oleh perusahaan
adalah benar-benar dibutuhkan oleh perusahaan. Selama ini kegagalan perusahaan
dalam menerapkan TI adalah karena perusahaan kurang memahami apa yang
sebetulnya diperlukan oleh perusahaan itu sendiri. Perusahaan hanya cenderung
menggunakan TI yang berbudget mahal sekedar agar tidak tertinggal dengan
perusahaan-perusahaan lain, namun tidak melihat apa yang sebenarnya dibutuhkan dan
memikirkan apakah program tersebut cocok untuk diterapkan pada perusahaan.
Perencanaan yang baik dalam penggunaan TI dapat meminimalisir terjadinya
hambatan maupun ketidakefisienan penggunaan TI, dan juga agar penggunaan TI
dapat berhasil mencapai tujuan yang diinginkan perusahaan. ERP pada JIT dalam
perusahaan dalam berjalan baik apabila divisi produksi dapat merumuskan
kebutuhan komponen yang tepat berdasarkan informasi dari divisi Human Resource
dan Keuangan.
Untuk menerapkan sistem ERP yang
digunakan oleh perusahaan hendaklah bukan sekedar sebuah aplikasi atau software
semata, namun merupakan suatu komitmen untuk menerapkan sebuah paradigma bisnis
baru yang berorientasi pada proses bisnis(business process). Dalam
perspektif baru ini, seluruh SDM perusahaan harus memiliki komitmen untuk
merubah budaya kerjanya dari yang semula bersifat terpisah dalam sejumlah
divisi-divisi tertentu, menjadi yang lebih berorientasi pada rangkaian proses
lintas divisi atau departemen. Batasan-batasan struktur organisasi yang selama
ini kerap memisahkan antara satu bagian dengan bagian yang lain harus dapat
diganti untuk terciptanya kerjasama antar bagian secara terintegrasi, terpadu,
dan holistik.
Terdapat tiga kata kunci utama yang
harus selalu dimiliki oleh segenap pimpinan puncak dan manajemen yang ingin
menerapkan sistem ERP, yaitu yang dikenal dengan 3C: Commitment dari
seluruh jajaran manajemen dan karyawan, Communication yang
selalu berlangsung terus-menerus agar tidak terjadi kesalahpahaman, danConsistency yang
tinggi dalam usaha untuk menerapkan sistem ERP di tubuh perusahaan.
Elemen
SPK.
1.
Data
Management. Termasuk database, yang mengandung
data yang relevan untuk berbagai situasi dan diatur oleh software yang disebut
Database Management Systems (DBMS).
2.
Model
Management. Melibatkan model finansial,
statistikal, management science, atau berbagai model kuantitatif lainnya,
sehingga dapat memberikan ke sistem suatu kemampuan analitis, dan manajemen
software yang diperlukan.
3.
Communication (dialog
subsystem). User dapat berkomunikasi dan memberikan perintah pada SPK melalui
subsistem ini. Ini berarti menyediakan antarmuka.
4.
Knowledge
Management. Subsistem optional ini dapat
mendukung subsistem lain atau bertindak sebagai komponen yang berdiri sendiri
The Data
Management Subsystem.
Terdiri dari elemen-elemen:
§ SPK database.
§ Database management system.
§ Data directory.
§ Query facility.
Contoh
Penerapan SPK untuk aplikasi keuangan
PENERAPAN
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN
PADA
BALTON INDUTRIES
BAB I
PENDAHULUAN
Balton Industries terdiri dan empat
perusahaan yang berbeda yang bergerak pada industri yang berbeda. Balton,
bisnis multi jutaan dollar, selalu beroperasi dengan dana yang minimum untuk
mendapatkan peluang investasi maksimal kepada organisasi secara seluruh, Balton
telah berhasil dalam bisnis selama 16 tahun dan belakangan ini telah menguasai
asset tunai yang dapat digunakan untuk investasi jangka panjang.
Pejabat kepala keuangan dari
organisasi ini adalah wakil presiden direktur Keuangan yang bertanggung jawab
untuk menginvestasikan $ 1,234,500 yang terdapat dalam rekening bank. Walaupun
ada sedikit penambahan maupun pengurangan di rekening bank, dia merasa bahwa
jumlah ini cukup untuk diinvestasikan dengan cadangan 15% dari asset tunai ini
untuk keperluan likuiditas.
Untuk membantu wakil presiden
direktur dalarn mengembangkan rencana investasi atau portfolio, tenaga seorang
konsultan digunakan, konsultan tersebut memiliki keahlian yang tidak dimiliki
oleh sang wakil presiden direktur. Khususnya, konsultan tersebut memiliki
keahlian dalam menentukan tingkat. pengembalian investasi (Return On
Investment) dari berbagai altematif, estimasi resiko, dan potensi perkembangan
investasi.
Berdasarkan ketersediaan dana untuk
investasi, konsultan merekomendasikan 7 kemungkinan altematif investasi seperti
dijelaskan dalam tabel berikut ini (Uang Tunai tentu merupakan alternatif ke-8
yang diperlukan untuk keperluan likuiditas). Ketika Wakil presiden direktur
setuju dengan ketujuh alternatif, konsultan kemudian menanyakan kriteria
keuangan yang dapat digunakan untuk mengukur keuntungan dan kerugian dari
setiap altematif Sang wakil presiden direktur menawarkan kriteria sebagai
berikut:
1. Tingkat Pengembalian lnvestasi Tahunan (Annual
Return on Investment)
Sasaran utama dalam rencana
investasi adalah untuk menghasilkan tingkat pengembalian investasi tahunan yang
maksimal. Konsultan memutuskan untuk memakai persentase rata rata tingkat
pengembalian (rate of return) tahun ini untuk masing- masing investasi.
Alternatif
Investasi
|
Penjelasan
Singkat
|
Mutual Fund I
|
Resiko rendah, investasi besar di
bonds, sedikit pada saham
|
Mutual Fund II
|
Resiko rendah ke menengah, sedikit
besar investasi di bonds daripada saham.
|
Mutual Fund III
|
Resiko menengah ke tinggi, sedikit
lebih besar investasi di saham daripada bonds.
|
Mutual Fund IV
|
Resiko tinggi, investasi besar di
saham, sedikit di bonds
|
Treasury Bills
|
Resiko rendah, obligasi pemerintah
|
Real Estate
|
Properti spekulasi resiko tinggi
|
Saving and Loan
|
Resiko rendah, hasil besar dengan
menyimpan sertifikat
|
2. Resiko (Risk)
Investasi harus meminimumkan resiko
dari investasi. Wakil presiden direktur mengindikasikan investasi dengan
peluang lebih besar 50-50 untuk kehilangan uang tidak boleh dimasukkan kedalam
seleksi terakhir. Konsultan memperkirakan koefisien resiko dari survey setiap
alternatif. Tingkat resiko berbanding lurus dengan persentase resiko. (Makin
besar persentase, makin besar resiko yang
dihadapi).
3.
Perkembangan (Growth)
Rencana investasi harus
mengikutsertakan investasi dengan potensi perkembangan yang tinggi, Konsultan
menggunakan formula analisa keuangan untuk mendapatkan tingkat perkembangan
investasi yang diharapkan sebagai fungsi dari tingkat pengembalian investasi,
dirata-ratakan untuk 4 periode tahunan, Hasil pengukuran dalam persentase dan
konsisten dengan persentase dengan persentase yang diusulkan oleh wakil
presiden direktur tersebut. Khususnya dia merasa bahwa investasi dengan tingkat
perkembangan diatas 10% yang dapat diikutsertakan dalam analisa.
4. Jangka
Waktu Investasi (Length of Time for the Investment)
Rencana investasi harus mencakup
investasi dengan jangka waktu investasi paling lama 7 tahun. Semakin panjang
jangka waktu investasi, maka makin tinggi peluang mengalami kegagalan.
Pengukuran yang dilakukan berdasarkan jangka waktu investasi minimum tiap tiap
investasi atau rata rata ekspektasi jangka waktu yang diperlukan untuk
investasi.
Semua kriteria yang dihitung
disajikan dalam tabel berikut ini. Seperti yang dapat dilihat seperti contoh,
alternatif investasi Mutual Fund I mempunyai tingkat pengembalian investasi
tahunan sebesar 17 %. Faktor resiko sebesar 35 %, tingkat perkembangan 21%, dan
memerlukan jangka waktu 6 tahun untuk investasi.
Karena jumlah uang berubah dengan
cepat, konsultan merasa bahwa investasi
dilakukan dengan persentase dari
total dana yang tersedia, bukan dengan menentukan jumlahnya. Sebagai tambahan,
untuk membatasi dana yang digunakan, wakil presiden juga menginginkan
pembatasan total dana yang ditempatkan ke masing masing investasi tidak
melebihi 50 %. Dia juga menginginkan jumlah dana yang ditempatkan untuk dua
alternatif investasi dengan resiko tertinggi tidak boleh melebihi 40 %.
Investment
Alternatives
|
Annual
Return
On
Investment
|
Risk
Estimate
|
Percentage
Growth Estimate
|
Estimated
Time of Investment
|
Mutual Fund I
|
17
|
35
|
21
|
6
|
Mutual Fund II
|
19
|
45
|
24
|
6
|
Mutual Fund III
|
21
|
60
|
26
|
7
|
Mutual Fund IV
|
24
|
70
|
30
|
8
|
Treasury Bills
|
08
|
10
|
05
|
5
|
Real Estate
|
25
|
75
|
27
|
7
|
Saving and Loan
|
11
|
25
|
02
|
3
|
Cash
|
00
|
00
|
00
|
0
|
Pertanyaan
yang timbul
1. Metode kuantitatif apakah
yang harus digunakan untuk memodelkan permasalahan ini?
2. Sesuai dengan pertanyaan 1,
Formula apakah untuk permasalahan ini? Tentukan dengan jelas elemen-elemen
model tersebut.
3. Apa solusi persentase untuk
formulasi pada pertanyaan 2 ?
4. Berapa banyak uang tunai
yang harus dialokasikan untuk masing masing alternatif investasi ?
Jawaban
1. Model
yang paling tepat untuk kasus ini adalah model optimasi algoritnik, karena
penyelesaiannya untuk mencari jawab terbaik melalui proses berulang atau
iteratif. Model penyelesaiannya adalah dengan menggunakan metode simpleks.
Dengan metode simpleks akan didapatkan berapa persentase dana yang dialokasi
untuk masing-masing alternatif. Sebenarnya pemecahan masalah dapat juga
digunakan metode analisa keputusan. Tetapi dengan analisa keputusan, hasilnya
berupa pemilihan alternatif yang terbaik. Sedangkan pihak manajemen
menginginkan adanya perhitungan alokasi dana untuk masing-masing alternatif.
2. Karena
masing-masing altenatif memiliki keuntungan dan kelemahan yang tidak dapat
dikuantifikasi dalam kategori yang sama, mis: dalam bentuk satuan moneter. Maka
dilakukan pendekatan utilitas. Tetapi yang perlu ditekankan bahwa untuk
pendekatan utilitas, nilai utilitas yang diterapkan pada masing-masing kategori
tergantungan kepada nilai yang terkandung pada pengambilan keputusan. Untuk
itulah kita perlu menentukan tingkat batas utilitas untuk masing-masing
kategori altenatif.
|
Kategori
|
Batas
|
Utilitas
|
Bawah
|
Annual ROI
Risk estimate
% Growth Estimate
Estimated Time Investment
|
0
0
0
0
|
0
10
0
10
|
Atas
|
Annual ROI
Risk estimate
% Growth Estimate
Estimated Time Investment
|
25
45
30
7
|
10
0
10
0
|
Dari penilaian Vice President
terhadap masing masing alternatif, maka altenatif Mulual Fund III dan Mutul
Fund IV dan Real Estate tidak dimasukkan karena tingkat resikonya diatas 50%
sebagaimana yang ditetapkan oleh Vice President sebagai batas untuk dimasukkan
sebagai calon alternatif investasi. Kemudian alternatif Treasury Bills dan
Savring and Loans juga tidak dimasukkan karena tingkat pertumbuhannya dibawah
10% sebagaimana yang ditetapkan sebagai batas untuk dimasukkan sebagai calon
alternatif investasi. Jadi alternatif berkurang menjadi hanya: Mutual Fund I
dan Mutual Fund II, sedangkan Cash (Uang tunai) tidak dimasukkan dalam
perhitungan tetapi telah ditetapkan alokasi 15% dari keseluruhan dana yang
tersedia. Untuk kedua altematif yang memenuhi syarat, maka
Kategori
|
Annual
ROI
|
Risk
|
%
Growth
|
Time
|
Total
|
Mutual Fund I
|
6.8
|
2.22
|
7
|
1.43
|
17.45
|
Mutual Fund II
|
7.6
|
0
|
8
|
1.43
|
17.03
|
Formulasi Masalah :
Maks:z= 17.45 X1 + 17.03 X2
Subject to:
X1 + X2
X1
X2
X1,X2
3. Hasil dari penyelesaian formulasi
pada pertanyaan 2 adalah :
Xl = 50 % (Investasi Mutual Fund I
dengan alokasi dana 50%)
X2= 35 % (Investasi Mutual Fund II
dengan alokasi dana 35%)
Cash = 15 %
4. Alokasi dana untuk masing-masing
alternatif adalah :
Mutual Fund I = 50 % x
$1,234,500 = $
617,250
Mutual Fund II = 35 ?/o x
$1,234,500 = $ 432,075
Cash
= 15 % x $1,234,500
= $ 185,175
Referensi :
Indrajit, Eko Ricardus. 9 Juli 2003.
Rubrik Tanya Jawab E-Business.http://www.ebizzasia.com/0109-2003/q&a,0109-2.htm,
diakses pada 3 januari 2008
Martin, E. Wainright, et al. (2005).
Managing Information Technology. Pearson Prentice Hall. USA.
Susanto, Abraham. 25 November 2004.
Astra Honda Motor: TI untuk Mendukung Proses Just In Time. http://www.swa.co.id/ , diakses pada tanggal 30 Desember 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar