LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA
TENTANG HUKUM 1 HOOKE
DISUSUN OLEH :
RAMADHAN US
XII IPA 1
SMAN 1 ALLA
TUJUAN PRAKTIKUM :
1. dapat memahami bahwa, Pertambahan
panjang pegas sebanding dengan gaya yang bekerja pada pegas.
2. dapat memahami bahwa, Energi potensial
pegas sebanding dengan kuadrat pertambahan panjang pegas.
LANDASAN TEORI
Robert
Hooke pada tahun 1676, mengusulkan suatu hukum fisika menyangkut pertambahan
panjang sebuah benda elastik yang dikenai oleh suatu gaya. Menurut Hooke, pertambahan
panjang berbanding lurus dengan gaya yang diberikan pada benda. Secara
matematis, hukum Hooke ini dapat ditulis sebagai
F=-k x
Dengan
F= gaya yang bekerja (N)
k =
konstanta gaya (N/m)
x =
pertambahan panjang (m)
Tanda negatif (-)
dalam persamaan menunjukkan berarti gaya pemulih berlawanan arah dengan
perpanjangan.
”jika
gaya tarik tidak melampaui batas elastis pegas,pertambahan panjang pegas
berbanding lurus (sebanding) dengan gaya tariknya”.
Pernyataan
ini dikemukakan oleh Robert Hooke, oleh karena itu, pernyataan di atas dikenal
sebagai Hukum Hooke.Untuk menyelidiki berlakunya hukum hooke, kita bisa
melakukan percobaan pada pegas. Selisih panjang pegas ketika diberi gaya tarik
dengan panjang awalnya disebut pertambahan panjang( l).
Seperti
kita menyelidiki sifat elastisitas bahan, kita juga mengukur pertambahan panjang
pegas dan besarnya gaya yang diberikan.Dalam hal ini,gaya yang diberikan sama
dengan berat benda = massa x percepatan gravitasi.
Pegas
ada disusun tunggal, ada juga yang disusun seri ataupun paralel. Untuk pegas
yang disusun seri, pertambahan panjang total sama dengan jumlah masing-masing
pertambahan panjang pegas sehingga pertambahan total x adalah:
x = x1 +
x2
Sedangkan
untuk pegas yang disusun paralel ,pertambahan panjang masing-masing pegas sama
(kita misalkan kedua pegas identik),yaitu
x1 =
x2 = x. Dengan demikian:
Kp=
k1 + k 2
Perlu
selalu di ingat bahwa hukum hooke hanya berlaku untuk daerah elastik, tidak
berlaku untuk daerah plastik maupun benda-benda plastik. Menurut Hooke,
regangan sebanding dengan tegangannya, dimana yang dimaksud dengan regangan
adalah persentase perubahan dimensi. Tegangan adalah gaya yang menegangkan per
satuan luas penampang yang dikenainya.
Sebelum
diregangkan dengan gaya F,energi potensial sebuah pegas adalah nol,setelah
diregangkan energi potensial nya berubah menjadi:
E= kx2
1.Tegangan
Tegangan
didefinisikan sebagai hasil bagi antara gaya tarik F yang dialami kawat
dengan luas penampang (A)
Tegangan
adalah besaran skalar dan memiliki satuan Nm-2 atau Pascal
(Pa).Berdasarkan arah gaya dan pertambahan panjangnya (perubahan
bentuk),tegangan dibedakan menjadi 3 macam,yaitu tegangan rentang,tegangan
mampat,dan tegangan geser.
2.Regangan
Regangan
didefinisikan sebagai hasil bagi antara pertambahan panjang ΔL dengan
panjang awalnya L.
Karena
L sama-sama merupakan dimensi panjang, maka regangan tidak mempunyai satuan (regangan
tidak mempunyai dimensi). Regangan merupakan ukuran perubahan bentuk
benda dan merupakan tanggapan yang diberikan oleh benda terhadap tegangan yang
diberikan.
Ini
adalah persamaan matematis dari Modulus Elastis (E) atau modulus Young (Y).
Jadi, modulus elastis sebanding dengan Tegangan dan berbanding
terbalik Regangan.
3.Modulus
Elastik
Ketika
sebuah gaya diberikan pada sebuah benda,maka ada kemungkinan bentuk sebuah
benda berubah.Secara umum,reaksi benda terhadap gaya yang diberikan dicirikan
oleh suatu besaran yang disebut modulus elastik.
Biasanya,modulus
elastik untuk tegangan dan regangan ini disebut modulus young. Dengan
demikian,modulus Young merupakan ukuran ketahanan suatu zat terhadap perubahan
panjangnya ketika suatu gaya (beberapa gaya)diberikan pada benda.
· Hukum
Hooke untuk benda non Pegas
Hukum
hooke ternyata berlaku juga untuk semua benda padat, tetapi hanya batas-batas
tertentu. Mari kita tinjau sebuah batang logam yang digantung vertikal seperti
yang tampak pada gambar di bawah.
Pada
benda bekerja gaya berat (berat = gaya gravitasi yang bekerja pada
benda), yang besarnya = mg dan arahnya menuju ke bawah (tegak
lurus permukaan bumi). Akibat adanya gaya berat, batang logam tersebut
bertambah panjang sejauh (delta L)
Jika
besar pertambahan panjang (L) lebih kecil dibandingkan dengan panjang batang
logam, hasil eksperimen membuktikan bahwa pertambahan panjang (L) sebanding
dengan gaya berat yang bekerja pada benda. Perbandingan
ini dinyatakan dengan persamaan :
Persamaan
ini disebut sebagai hukum Hooke. Kita juga bisa menggantikan gaya berat dengan
gaya tarik, seandainya pada ujung batang logam tersebut tidak digantungkan
beban.
Besarnya
gaya yang diberikan pada benda memiliki batas-batas tertentu. Jika gaya sangat
besar maka regangan benda sangat besar sehingga akhirnya benda patah. Hubungan
antara gaya dan pertambahan panjang (atau simpangan pada pegas) dinyatakan
melalui grafik di bawah ini.
Sebuah
benda diberikan gaya maka hukum Hooke hanya berlaku sepanjang daerah elastis
sampai pada titik yang menunjukkan batas hukum hooke. Jika benda
diberikan gaya hingga melewati batas hukum hooke dan mencapai
batas elastisitas, maka panjang benda akan kembali seperti semula jika gaya
yang diberikan tidak melewati batas elastisitas. tapi hukum Hooke
tidak berlaku pada daerah antara batas hukum hooke dan batas
elastisitas. Jika benda diberikan gaya yang sangat besar hingga melewati batas
elastisitas, maka benda tersebut akan memasuki daerah plastis dan
ketika gaya dihilangkan, panjang benda tidak akan kembali seperti semula, benda
tersebut akan berubah bentuk secara tetap. Jika pertambahan panjang benda
mencapai titik patah, maka benda tersebut akan patah.
Berdasarkan
persamaan hukum Hooke di atas, pertambahan panjang (L) suatu
benda bergantung pada besarnya gaya yang diberikan (F) dan materi penyusun dan
dimensi benda (dinyatakan dalam konstanta k). Benda yang
dibentuk oleh materi yang berbeda akan memiliki pertambahan panjang yang
berbeda walaupun diberikan gaya yang sama, misalnya tulang dan besi.
Demikian
juga, walaupun sebuah benda terbuat dari materi yang sama (misalnya
besi), tetapi memiliki panjang dan luas penampang yang berbeda maka
benda tersebut akan mengalami pertambahan panjang yang berbeda sekalipun
diberikan gaya yang sama. Jika kita membandingkan batang yang terbuat dari
materi yang sama tetapi memiliki panjang dan luas penampang yang berbeda,
ketika diberikan gaya yang sama, besar pertambahan panjang sebanding dengan
panjang benda mula-mula dan berbanding terbalik dengan luas penampang. Makin
panjang suatu benda, makin besar besar pertambahan panjangnya, sebaliknya
semakin tebal benda, semakin kecil pertambahan panjangnya.
Hubungan
antara pertambahan panjang (delta L) dengan gaya (F) dan
konstanta (k). Materi penyusun dan dimensi benda dinyatakan dalam konstanta k. Untuk
materi penyusun yang sama, besar pertambahan panjang (delta L) sebanding
dengan panjang benda mula-mula (Lo) dan berbanding
terbalik dengan luas penampang (A).
Besar
E bergantung pada benda (E merupakan sifat benda). Pada
persamaan ini tampak bahwa pertambahan panjang (delta L) sebanding
dengan hasil kali panjang benda mula-mula (Lo) dan Gaya per satuan
Luas (F/A).
ALAT DAN BAHAN
1. Statif
2. Beban
3. Jepit penahan
4. Pegas Spiral
5. Mistar
PROSEDUR PERCOBAAN
1) Gantungkan beban pada pegas
(anggap berat beban adalah Fo)
2) Ukur panjang pegas (Lo)
3) Tambakan beban, lalu ukur panjang
pegas (L)
4) Ulangi dengan penambahan beban
bervariasi.
5) Isilah tabel
6) Perhatikan kecenderungan masing-masing tabel dari atas ke bawah
7) Bagaimana hubungan antara F dan L
8) Gambarkan grafik ∆F terhadap ∆L
9) Gunakan persamaan (teori) untuk
menghitung konstanta pegas.
10) Hitung luas daerah di bawah
grafik.
HASIL PENGAMATAN
Tabel hasil pengamatan :
No.
|
W (N)
|
F = W
|
L (cm)
|
∆L = L-L0
|
m (gr)
|
1.
|
0,6
|
0,6 N
|
13,8
|
0,6
|
60
|
2.
|
0,7
|
0,7 N
|
14,1
|
0,9
|
70
|
3.
|
0,8
|
0,8 N
|
14,4
|
1,2
|
80
|
4.
|
0,9
|
0,9 N
|
14,9
|
1,7
|
90
|
PEMBAHASAN
Pada percobaan kali tentang Hukum Hooke kami
mencari nilai konstanta. Pada data pertama yakni nilai F adalah 0,6 N dan ∆l
adalah 0, 006 m, maka konstanta yang didapat adalah100 N/m. Pada data kedua
yakni nilai F adalah 0,7 N dan ∆l adalah 0, 009 m, maka konstanta yang didapat
adalah 77,8 N/m Pada data ketiga yakni nilai F adalah 0,8 N dan ∆l adalah 0,012
m, maka konstanta yang didapat adalah 66, 7 N/m. Pada data keempat yakni nilai
F adalah 0,9 N dan ∆l adalah 0, 017 m, maka konstanta yang didapat adalah 52,9
N/m Rata- rata konstanta adalah 74, 35 N/m
Berdasarkan pada percobaan dengan mencari nilai
konstanta diketahui bahwa semakin besar nilai F dan ∆l. Maka konstanta yang
didapat semakin kecil.
Pada percobaan dengan mencari nilai energi
potensial. Pada data pertama ∆l adalah 0,006 m dan k adalah 100 kg/s2,
maka energi potensial yang didapat 0,0018 J.
Pada data kedua ∆l adalah 0,009 m dan k adalah
77,8 kg/s2, maka energi potensial yang didapat 0,0031509 J. Pada
data ketiga ∆l adalah 0,012 m dan k adalah 66,7 kg/s2, maka energi
potensial yang didapat 0,0048 J. Pada data keempat ∆l adalah 0,017 m dan k
adalah 52,9 kg/s2, maka energi potensial yang didapat 0,0076 J.
Rata-rata energi potensial adalah 0,0043 J.
Berdasarkan pada data yang telah didapatkan pada
percobaan diketahui bahwa semakin besar nilai ∆l, maka nilai energi potensial
yang didapat juga semakin besar. Sebaliknya semakin kecil nilai konstanta, maka
semakin besar nilai energi potensial.
KESIMPULAN
· Semakin besar nilai ∆l, maka nilai energi potensial yang didapat
juga semakin besar. Sebaliknya semakin kecil nilai konstanta, maka semakin
besar nilai energi potensial.
· Semakin besar nilai F dan ∆l. Maka konstanta yang didapat semakin
kecil.
· Luas daerah dibawah grafik sama dengan nilai energi potensial .
· Pertambahan panjang (L) sebanding dengan gaya
berat yang bekerja pada benda.
· Persamaan mencari luas daerah di bawah grafik sama dengan
persamaan untuk mencari energi potensial.
DAFTAR PUSTAKA
Kanginan, Marthen, dkk.1998. Fisika SMA.
Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Tim Dosen Fisika Dasar. 2008. Panduan
Praktikum Fisika Dasar I. Indralaya: Universitas Sriwijaya
Taranggono, Agus dan Hari Subagya.2004. Fisika
SMA 2a.Jakarta:Bumi Aksara
Ruwanto, Bambang . 2003. Asas-asas
Fisika SMA IA.Yogyakarta:Yudhistira.
Zemansky, Sears. 1994.Fisika Universitas I. Jakarta:
Erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar