`MAKALAH EKONOMI PEMBANGUNAN
“TEORI ROSTOW”
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
W. W
Rostow adalah seorang ahli ekonomi ,Teori ini berawal dari artikel Rostow yang
dimuat dalam economics journal maret 1956. Dan kemudian dikembangkan lebih
lanjut dalam bukunya. Teori rostow ini dikelompokkan kedalam model jenjang
linier (linier stages moder).
W.W.
Rostow merupakan seorang ekonom Amerika Serikat yang menjadi Bapak Teori
Pembangunan dan Pertumbuhan. Teorinya mempengaruhi model pembangunan di
hampir semua Dunia Ketiga. Pikiran Rostow pada dasarnya dikembangkan
dalam konteks perang dingin serta membendung pengaruh sosialisme. Itulah
makanya, pikiran Rostow pertama dituangkan dalam makalah yang secara jelas
sebagai manifesto non-komunis. Dalam tulisan yang berjudul The Stages
of Economic Growth: A Non-Communist Manifesto, Rostow membentangkan
pandangannya tentang modernisasi yang dianggapnya sebagai cara untuk membendung
semangat sosialisme.
Menurut
Rostow proses pembangunan ekonomi bisa dibedakan kedalam lima tahap. Lima tahap
tersebut adalah karakteristik perubahan keadaan ekonomi, social dan politik
yang terjadi.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apakah
defenisi teori pembangunan ekonomi Rostow?
2. Apa
saja tahapan-tahapan yang diperlukan dalam teori pembangunan ekonomi Rostow?
3. Apakah
keunggulan dan kelemahan dari teori Rostow?
1.3 Tujuan
Makalah
ini bertujuan untuk menjelaskan apa itu teori pembangunan eknomi Rostow,
apa saja tahapan-tahapan yang ada dalam teori tersebut dan juga berusaha
untuk menganalisis keunggulan dan kelemahan teori Rostow.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
pembangunan ekonomi menurut Teori Rostow
Pembangunan
ekonomi menurut Rostow adalah suatu proses yang menyebabkan perubahan
karekteristik penting suatu masyarakat, misalnya perubahan keadaan sistem
politik, struktur social, system nilai dalam masyarakat dan struktur ekonominya
Menurut
Rostow pembangunan ekonomi atau proses tranformasi suatu masyarakat tradisional
menjadi masyarakat modern merupakan proses yang multidimensional. Pembangunan
ekonomi bukan berarti hanya perubahan struktur ekonomi suatu Negara tetapi juga
ditunjukan oleh peranan sector pertanian dan peranan sektor industri. menurut
rostow pembangunan ekonomi berarti pula sebagai suatu proses yang menyebabkan
antara lain :
1. Perubahan
orientasi organisasi ekonomi , politik , dan social yang pada mulanya berorientasi
kepada suatu daerah menjadi berorientasi keluar.
2. Perubahan
pandangan masyarakat mengenai jumlah anak dalam keluarga yaitu dari
menginginkan banyak anak menjadi keluarga kecil.
3. Perubahan
dalam kegiatan investasi masyarakat, dari melakuakn investasi yang tidak
produktif (menumpuk emas , membeli rumah dan sebagainya) menjadi
investasi yang produktif.
4. Perubahan
sikap hidup dan adat istiadat yang terjadi , merangsang pembangunan ekonomi (
misalnya penghargaan terhadap waktu , penghargaan terhadap prestasi perorangan)
2.2 Tahapan-tahapan
yang diperlukan dalam teori pembangunan ekonomi Rostow
1. Tahap
Masyarakat Tradisional (The Traditional Society)
Menurut
Rostow, yang dimaksud dengan masyarakat tradisional adalah masyarakat yang
fungsi produksinya terbatas yang ditandai oleh cara produksi relative masih
primitif (yang didasarkan pada ilmu dan teknologi pra-Newton) dan cara hidup
masyarakat yang masih sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang kurang rasional,
tetapi kebiasaan tersebut telah turun-menurun.
Dalam
suatu masyarakat tradisional menurut Rostow tingkat produktifitas perpekerja
masih rendah, oleh kerena itu sebagian besar sumber daya masyarakat digunakan
untuk kegiatan sektor pertanian. Dalam sektor pertanian ini, struktur sosial
bersifat hierarkis, yaitu anggota masyarakat mempunyai kemungkinan yang sangat
kecil untuk mengadakan mobilitas secara vertikal dalam struktur sosial.
Ciri-ciri
tahap masyarakat tradisional adalah sebagai berikut:
1. Fungsi
Produksi terbatas, cara produksi masih primitif, dan tingkat produktifitas
masyarakat rendah.
2. Struktur
sosial bersifat hierarkis, yaitu kedudukan masyarakat tidak berbeda dengan
nenek moyang mereka.
3. Kegiatan
politik dan pemerintahan di daerah-daerah berada di tangan tuan tanah.
2. Tahap
Prasyarat Tinggal Landas (The Pre-Conditions for Take-off)
Tahap ini
merupakan masa transisi di mana prasyarat-prasyarat pertumbuhan swadaya yang
dibangun atau diciptakan. Prasyarat lepas landas didorong oleh empat kekuatan:
pembelajaran baru, monarki baru, dunia baru,agama baru atau reformasi.
Pendidikan
bagi orang-orang tertentu, meluas dan berkembang untuk memenuhi kebutuhan
kehidupan modern. Manusia baru memasuki sector swasta, pemerintah yang
menggalakkan tabungan dan mengambil resiko dalam mengejar keuntungan
modernisasi. Bank dan lembaga lain mengerahkan model. Perusahaan manufaktur
muncul dimana-mana dengan menggunakan metode baru. Prasyarat yang diperlukan
untuk mempertahankan untuk mempertahankan industrialisasi menurut Rostow
adalah: (1) Perluasan modal overhead social, (2) Resolusi teknologi di bidang
pertanian dan (3) Perluasan impor termasuk impor modal.
Lebih
lanjut menurut Rostow, hakikat masa peralihan adalah sebagai akibat kenaikan
investasi ke suatu tingkat yang secara teratur, mrndasar, dan nyata-nyata
melampaui tingkat pertumbuhan penduduk.
3. Tahapan
Tinggal Landas (The Take-off)
Pertumbuhan
ekonomi selalu terjadi. Pada awal tahap ini terjadi perubahan yang drastis
dalam masyarakat seperti revolusi politik, terciptanya kemajuan yang pesat
dalam inovasi, atau berupa terbukanya pasar-pasar baru. Sebagai akibat dari
perubahan¬perubahan tersebut secara teratur akan tercipta inovasi-inovasi dan
peningkatan investasi. Investasi yang semakin tinggi ini akan mempercepat laju
pertumbuhan pendapatan nasional dan melebihi tingkat pertumbuhan penduduk.
Dengan demikian tingkat pendapatan per kapita semakin besar.
Menurut
taksiran Rostow, masa tinggal landas di beberapa negara adalah seperti tampak
pada Tabel di bawah ini.
Negara
|
Take-Off
|
Keterangan
|
Inggris
|
1783
- 1802
|
Industri
tekstil
|
Perancis
|
1830
- 1860
|
Jaringan
jalan kereta api
|
Belgia
|
1833
- 1860
|
-
|
Amerika
Serikat
|
1843
- 1860
|
Jaringan
jalan kereta api
|
Jerman
|
1850
- 1873
|
Jaringan
jalan kereta api
|
Swedia
|
1868-
1890
|
Industri
kayu
|
Jepang
|
1878
- 1900
|
Industri
sutera
|
Rusia
|
1890
- 1914
|
Jaringan
jalan kereta api
|
Kanada
|
1896
– 1914
|
Jaringan
jalan kereta api
|
Argentina
|
1935
|
Industri
substitusi impor
|
Turki
|
1937
|
-
|
India
|
1952
|
-
|
Cina
|
1952
|
-
|
Dari
Tabel di atas bisa disimpulkan bahwa:
· sebagian
besar negara Barat mencapai masa tinggal landas pada abad yang lalu, kecuali
Inggris, yang sudah mencapainya seabad sebelumnya.
· masa
tinggal landas itu berkisar antara 20 - 30 tahun.
Rostow
mengemukakan 3 ciri utama dan negara-negara yang sudah mencapai masa tinggal
landas yaitu:
1. Terjadinya
kenaikan investasi produktif dari 5 persen atau kurang menjadi 10 persen dari
Produk Nasional Bersih (Net National Product= NNP).
2. Terjadinya
perkembangan satu atau beberapa sektor industri dengan tingkat pertumbuhan yang
sangat tinggi (leading sectors).
3. Terciptanya
suatu kerangka dasar politik, sosial, dan kelembagaan yang bisa menciptakan
perkembangan sektor modern dan eksternalitas ekonomi yang bisa menyebabkan
pertumbuhan ekonomi terus terjadi.
Di sini
juga termasuk kemampuan negara tersebut untuk mengerahkan sumber-sumber modal
dalam negeri, karena kenaikan tabungan dalam negeri peranannya besar sekali
dalam menciptakan tahap lepas landas. Inggris dan Jepang, misalnya mencapai
masa tinggal landas tanpa mengimpor modal (bantuan luar negeri) sama sekali.
Menurut
Rostow perkembangan sektor pemimpin (leading sector) berbeda¬beda untuk
setiap negara. Di Inggris, tekstil katun merupakan sektor pemimpin pada masa
tinggal landasnya, sedangkan perkembangan jaringan jalan kereta api memegang
peranan yang sama di Amerika Serikat, Perancis, Jerman, Kanada, dan Rusia. Di
Swedia, sektor pemimpin adalah industri kayu, di Jepang sutera, dan Argentina
adalah industri substitusi impor barang-barang konsumsi.
Berdasarkan
pada kenyataan tersebut, Rostow mengambil kesimpulan bahwa untuk mencapai tahap
tinggal landas tidak satu sektor ekonomipun yang baku untuk semua negara yang
bisa menciptakan pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, suatu negara tertentu
tidak bisa hanya sekadar mencontoh pola perkembangan sektor pemimpin
negara-negara lain. Namun demikian, ada 4 faktor penting yang harus
diperhatikan dalam menciptakan sektor pemimpin yaitu:
· Harus
ada kemungkinan untuk perluasan pasar bagi barang-barang yang diproduksi yang
mempunyai kemungkinan untuk berkembang dengan cepat.
· Dalam
sektor tersebut harus dikembangkan teknik produksi yang modern dan kapasitas
produksi harus bisa diperluas.
· Harus
tercipta tabungan dalam masyarakat dan para pengusaha harus menanamkan kembali
keuntungannya untuk membiayai pembangunan sektor pemimpin.
· Pembangunan
dan transformasi teknologi sektor pemimpin haruslah bisa menciptakan kebutuhan
akan adanya perluasan kapasitas dan modernisasi sektor-sektor lain.
4. Tahapan
Menuju Kedewasaan
Tahap
menuju kedewasaan ini diartikan rostow sebagai masa dimana masyarakat sudah
secara efektif menggunakan teknologi modern pada hampir semua kegiatan
produksi. Pada tahap ini sektor-sektor pemimpin baru akan muncul menggantikan
sektor pemimpin lama yang sudah mengalami kemunduran. Sektor pemimpin baru ini
coraknya ditentukan oleh perkembangan teknologi, kekayaan alam, sifat-sifat
dari tahap lepas landas yang terjadi, dan juga oleh kebijaksanaan pemerintah.
Dalam
menganalisis karakteristik tahap menuju kedewasaan, rostow menekankan
analisisnya pada corak perubahan sektor pemimpin di beberapa negara yang
sekarang sudah maju. Ia juga menunjukkan bahwa di tiap-tiap negara tersebut,
jenis-jenis sektor pemimpin pada tahap sesudah tinggal landas adalah berbeda
dengan yang ada pada tahap tinggal landas.
Kemudian
Rostow mengemukakan karakteristik non ekonomis dari masyarakat yang telah
mencapai tahap menuju kedewasaan antara lain:
1. Struktur
dan keahlian tenaga kerja mengalami perubahan. Peranan sektor industri smakin
penting, sedangkan sektor pertanian menurun.
2. Sifat
kepemimpinan dalam perusahaan mengalami perubahan. Peranan manajer profesional
semakin penting dan menggantikan kedudukan pengusaha-pemilik.
3. Kritik-kritik
terhadap industrialisasi mulai muncul sebagai akibat dari ketidakpuasan
terhadap dampak industrialisasi.
5. Tahap
Konsumsi Tinggi
Tahap
konsumsi tinggi ini merupakan tahap terakhir dari teori pembangunan
ekonomi Rostow. Pada tahap ini perhatian masyarakat telah lebih
menekankan pada masalah-masalah yang berkaitan dengan konsumsi dan
kesejahteraan masyarakat bukan lagi kepada masalah produksi.
Pada tahap
ini ada 3 macam tujuan masyarakat (negara) yaitu:
1. Memperbesar
kekuasaan dan pengaruh ke luar negeri dan kecenderungan ini bisa berakhir pada
penjajahan terhadap bangsa lain.
2. Menciptakan
negara kesejahteraan (welfare state) dengan cara mengusahakan terciptanya
pembagian pendapatan yang lebih merata melalui sistem pajak yang progresif.
3. Meningkatkan
konsumsi masyarakat melebihi kebutuhan pokok (sandang, pangan, dan papan)
menjadi meliputi pula barang-barang konsumsi tahan lama dan barang-barang
mewah.
2.3 Keunggulan
dan Kelemahan dari Teori Rostow
A. Keunggulan
dari Teori Rostow
1. Memberikan
kejelasan tahapan-tahapan pencapaian kemajuan yang meliputi : 1) masyarakat
tradisional, 2) masyarakat pra kondisi tinggal landas, 3) masyarakat tinggal
landas, 4) masyarakat kematangan pertumbuhan dan 5) masyarakat dengan konsumsi
biaya tinggi. Tahapan tersebut memberikan tawaran secara terperinci pada
pengambil kebijakan di sebuah Negara tentang tahapah dan prasyarat dari
pencapaian tahapan yang harus dilalui untuk menjadikan sebuah Negara menjadi
lebih maju. Kejelasan teori yang disampaikan oleh Rostow itulah yang
melatarbelakangi banyak Negara berkembang menerapkan teori ini dalam
pembangunan mereka.
2. Petunjuk
jelas yang disampaikan oleh Rostow tentang cara praktis dalam memperoleh
sumberdaya modal untuk mencapai tingkat investasi produktif yang tinggi. Cara
tersebut disajikan dalam berbagai alternatif yaitu:
a. Dana
investasi dari pajak yang tinggi
b. Dana
invesatasi dari pasar uang atau pasar modal
c. Melalui
perdagangan internasional
d. Investasi
langsung modal asing
B. Kelemahan
dari teori Rostow
Adapun
kelemahan teori rostow adalah sebagai berikut:
1. Sering
terjadi pertumbuhan ekonomi yang semu tidak seperti yang diharapkan oleh teori
ekonomi ini. Hal tersebut dikarenakan pertumbuhan ekonomi tertutupi oleh
pertumbuhan penduduk akibat penurunan angka kematian. Akibat lanjutannya adalah
sebuah Negara menjadi sulit untuk berkembang dan melalui tahap tinggal landas.
2. Dengan
dasar teori ini, seringkali Negara harus melakukan mobilisasi seluruh kemampuan
modal dan sumber daya alamnya sehingga mencapai tingkat investasi produktif
sebesar 10% dari pendapatan nasionalnya. Efek dari teori itu adalah terjadi
eksploitasi besar-besaran terhadap sumber alam dan bahan-bahan mentah, tanpa
mempertimbangkan kelestarian alam dan pembangunan berkelanjutan di masa yang
akan dating. Kerusakan alam justru berakibat pada penurunan ekonomi masyarakat
tradisional, penurunan kesehatan, merebaknya penyakit, kerawanan sosial, dsb.
3. Negara
yang menerapkan teori ini seringkali memperoleh sumberdaya modal dari investasi
langsung modal asing yang ditanamkan pada bidang pembangunan prasarana,
pembukaan tambang, dan struktur produktif yang lain. Investasi ini biasanya
dalam bentuk pinjaman, baik dari Negara, kreditor, maupun dari lembaga-lembaga
internasional seperti bank dunia, IMF atau dari MNC (Multi Natioanl
Corporation). Pinjaman juga sering diberikan pada pemerintah Negara berkembang
untuk mendanai proyek-proyek pembangunan. Dari pola itu terlihat terdapat
ketidak seimbangan posisi karena Negara berkembang tersebut berposisi sebagai
debitor, sedangkan Negara asing atau lembaga asing adalah kreditor. Negara
berkembang selanjutnya sering ditekan sehingga yang tampak, pemerintah Negara berkembang
tersebut tidak lebih hanyalah tangan kanan dari Negara asing atau lembaga asing
yang ingin mensukseskan agenda-agenda politik maupun ekonominya di Negara yang
sedang berkembang. Negara berkembang juga seringkali terjerat utang dan sulit
untuk menyelesaikan persoalan utang sehingga menjadikan mereka sulit menuju
kemajuan yang diharapkan.
4. Tahap
tinggal landas merupakan tahap yang sangat kritis. Dalam teori yang disampaikan
oleh Rostow, justru tidak memberikan penekanan pada bagaimana mengatasi
problematika yang kritis dalam tahap tinggal landas. Rostow tidak memberikan
pembahasan yang mendalam bagaimana cara mengatasi efek negatif dari sebuah
pertumbuhan ekonomi yang dipercepat, seperti misalnya efek kesenjangan sosial,
distabilitas sosial dan distabilitas politik yang seringkali justru berakibat
pada kehancuran yang mendalam seperti yang misalnya terjadi di Indonesia
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan:
Menurut
Rostow pembangunan ekonomi atau proses tranformasi suatu masyarakat tradisional
menjadi masyarakat modern merupakan proses yang multidimensional. Pembangunan
ekonomi bukan berarti hanya perubahan struktur ekonomi suatu Negara tetapi juga
ditunjukan oleh peranan sector pertanian dan peranan sektor industri.
Menurut
Rostow, proses pembangunan ekonomi bisa dibedakan ke dalam 5 tahap yaitu
mesyarakat tradisional (the traditional society), prasyarat untuk tinggal
landas (the preconditions for take-off), tinggal landas (the take-off), menuju
kedewasaan (the drive to maturity), dan masa konsumsi tinggi (the age of higt
mass-consumtion).
Menurut
Rostow Bahwa untuk mencapai tahap tinggal landas tidak satu sektor ekonomipun
yang baku untuk semua negara yang bisa menciptakan pembangunan ekonomi. Oleh
karena itu, suatu negara tertentu tidak bisa hanya sekadar mencontoh pola
perkembangan sektor pemimpin negara-negara lain.
3.2 Saran:
Berdasarkan pembahasan diatas, maka penulis dapat memberikan saran
sebagai berikut:
1. Pendidikan
adalah faktor utama penentu pembangunan ekonomi, sehingga untuk menciptakan
pembangunan, pendidikan harus menjadi aspek utama yang dibangun.
2. Teknologi
yang digunakan dalam pertumbuhan ekonomi adalah teknologi yang tepat guna dan
dapat menyerap tenaga kerja.
3. Dalam
melaksanakan pertumbuhan ekonomi seharusnya disesuaikan dengan kondisi suatu
negara, jangan terlalu prematur mrrnghadapi pertumbuhan ekonomi karena dapat
menimbulkan pemborosan sumber daya dan kekecewaan baik secara politik maupun
psikologi.
DAFTAR PUSTAKA
Budiman,
Arief. 2000, Teori Pembangunan Dunia Ketiga, Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama
Fakih,
Mansour. 2001. Sesat Pikir Teori Pembangunan dan Globalisasi.
Yogyakarta: Insist Press.
Fakih,
Mansour. 2001. Sesat Pikir Teori Pembangunan dan Globalisasi.
Yogyakarta: Insist Press
Http:// teori-pembangunan-ww-rostow.html.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar